Product Market Fit dalam Dunia Startup dan Cara Mengukurnya yang Perlu Anda Ketahui

Product Market Fit dalam Dunia Startup dan Cara Mengukurnya yang Perlu Anda Ketahui

Di dunia startup, tentu saja Anda sering mendengar istilah product market fit. Pasalnya, product market fit merupakan konsep yang sangat umum di dunia startup. Walaupun konsep ini telah diaplikasikan secara luas di ranah startup dengan pertumbuhan yang sangat besar, hanya saja belum mampu menarik perhatian model bisnis lainnya.

Product Market Fit

Sejatinya, konsep product market fit ini penting untuk dipahami, sebab berhubungan erat dengan konsep emosi yang nantinya sangat bermanfaat dalam interaksi antara banyak faktor, seperti bisnis, produk, dan pelanggan.

Dengan mempelajari product market fit, maka Anda akan mampu melihat dunia dengan cara yang berbeda. Anda pun akan memiliki berbagai cara baru guna menciptakan value serta nilai lebih bagi konsumen, termasuk untuk pertumbuhan bisnis Anda itu sendiri.

Selain itu, product market fit akan membantu bisnis Anda mencapai pasar yang tepat, dengan menjual produk yang tepat pula, dan juga akan mampu memenuhi sekaligus memuaskan permintaan pasar itu sendiri.

Lebih dari itu, product market fit sejatinya adalah sebuah konsep (skenario) di mana memiliki kondisi para pelanggan sebuah perusahaan atau bisnis yang tidak hanya bersedia membeli, namun juga menggunakan, serta menyebarkan informasi tentang suatu produk dari bisnis tersebut.

Cara Mengukur Product Market Fit

Cara Mengukur Product Market Fit

Berikut ini adalah beberapa metrik yang dapat digunakan untuk mengukur product market fit.

1. Net Promoter Score (NPS)

Net Promoter Score (NPS) merupakan parameter atau metode pengukuran yang sangat tepat untuk mengukur product market fit. Pasalnya, kepuasan pengguna (pelanggan) menjadi sebuah kunci utama yang perlu diperhatikan.

Melalui NPS, Anda akan mampu mengetahui timbal balik secara langsung dari para pelanggan atau pengguna terkait dengan produk yang Anda miliki. Bahkan, NPS juga dapat memperlihatkan berapa besar keinginan pelanggan dalam merekomendasikan ataupun mereferensikan produk Anda kepada orang lain di sekitarnya.

Apabila nilai NPS-nya rendah, maka Anda dapat mengidentifiksi kekuranagn dari produk Anda, untuk selanjutnya mencari dan menemukan cara guna meningkatkan nilai NSP tersebut.

2. Churn Rate & Retention Rate

Selain NSP, churn rate dan retention rate merupakan dua parameter penting dalam mengukur apakah kondisi bisnis Anda sudah mencapai level product market fit.

Semakin tinggi angka churn rate-nya, maka kepuasan pelanggan terhadap produk atau bisnis Anda malahan semakin rendah. Sementara itu, apabila nilai retention rate-nya tinggi, maka kepuasan pelanggan terhadap produk Anda juga tinggi..

Bisa dikatakan bahwa retention rate akan memperlihatkan berapa banyak orang yang setia menggunakan produk Anda dalam periode waktu tertentu semenjak pertama kali mereka menggunakannya.

Pada akhirnya, metrik churn rate dan retention rate ini akan sangat membantu dalam mengetahui timbal balik dan respon pelanggan terhadap produk Anda, sekaligus tren mana yang terjadi di antara pengguna produk Anda tersebut.

3. Customer Lifetime Value (CLV)

Parameter selanjutnya yang juga perlu diperhatikan adalah Customer Lifetime Value (CLV). Pasalnya, CLV ini merupakan metrik yang dapat memperlihatkan berapa rata-rata keuntungan yang mampu diperoleh dari setiap pengguna atau pelanggan, selama mereka menggunakan produk Anda.

Jika diperhatikan dengan seksama, CLV ini juga terkait dengan metrik sebelumnya yakni churn rate dan retention rate. Di mana semakin lama seorang pelanggan memakai produk Anda, maka keuntungannya otomatis akan semakin besar.

Apabila ilai CLV bisnis Anda tinggi, maka besar kemungkinan bisnis atau perusahaan Anda sudah mencapai pada kondisi product market fit.

4. Bounce Rate

Bisa dikatakan bahwa bounce rate merupakan ukuran atau parameter lainnya yang dapat menggambarkan apakah produk Anda telah berada pada posisi yag cocok dan klop antara produk dan pasar dari bisnis Anda.

Jika bounce rate-nya tinggi, maka hal ini berarti pelanggan Anda cepat meninggalkan produk Anda tanpa melakukan interaksi atau respon. Dalam hal ini, bounce rate yang baik adalah di bawah 60%.

Baca juga: