Perbedaan, Tier, dan Fungsi Influencers yang Harus Brand Tau!
Hai Brand Owner!
Udah tau belum sih, kalau KOL / Influencers yang bergabung di campaign kamu itu, punya tier dan fungsinya masing masing? Seperti yang kita ketahui, influencers marketing baik melalui endorse dan juga affiliate, adalah salah satu tools marketing yang sedang hangat saat ini.
Alasan kenapa influencers marketing menjadi hal yang hangat, adalah disparity views dan juga trust yang terbentuk dari target audiens, berdasarkan survey yang kami lakukan, target audiens kita merasa lebih nyaman ketika seseorang yang mereka lihat setiap hari dan mereka tau merekomendasikan sesuatu.
Ini membuat banyak brand baik besar ataupun kecil yang berlomba menggunakan influencers marketing, baik itu promosi harian ataupun untuk campaign tertentu, cara influencer menyampaikan pesan juga berbeda, dari live, sampai membuat honest review suatu produk dan experience.
Tapi, banyak dari brand yang mementingkan followers saja, sehingga objective campaignnya tidak tercapai. Di artikel kali ini Minboom bakal sharing tentang perbedaan, tier, dan fungsi KOL
Macam-macam Tier Influencers
Tier yang biasa kamu ketahui ini didasarkan kepada jumlah followersnya. adapun kriteria lain yang biasa di cari oleh brand owner dapat berdasarkan kepada: kategori, lokasi, engagement rate, audience authenticity, dll.
Alasan mengapa banyak yang menggunakan followers untuk menentukan tiernya, karena kita ingin memasikan berapa banyak orang yang akan kita reach dari kerjasama yang akan di lakukan dengan influencer tersebut.
Nah, karena kamu udah paham tentang tier dan alasan penentunya, ayo kita lanjut bahas masing masing tier dan kegunaannya
1. Nano-Influencers
Nano influencers memiliki followers 1,000 – 10,000 ini berarti mereka memiliki audiens yang kecil, dan manageable. Akan lebih mudah bagi mereka untuk memberikan personal touch pada level yang intim kepada 10,000 followersnya dibandingkan dengan influencers dengan jutaan followers.
Ini berarti, engagement ratenya akan lebih tinggi, dan audiensnya akan menganggap mereka lebih otentik. Audiens yang follow mereka, memiliki rasa percaya yang tinggi, karena nano-influencers terasa seperti teman dekat yang opininya bisa kamu percaya
Saat yang tepat untuk brand owner bekerjasama dengan mereka adalah:
- Saat ingin membangun momen yang intim dan personal dengan target market
- Saat ingin mencoba penetrasi niche market baru yang spesifik, seperti di daerah tertentu atau berada di lingkungan tertentu
- Kalau budget marketing kecil, dan mau berkolaborasi dengan influencers yang dibayar dengan produk
2. Micro-Influencers
Micro-influencers dengan followers 10,000 sampai 50,000 hampir sama dengan Nano-influencers yang dipandang otentik dan memiliki engagement rate yang tinggi. Yang membedakan adalah pengalaman mereka dalam dunia influencer marketing, sehingga mereka sudah memiliki sense of collaboration dengan brand.
Jumlah followers yang lebih banyak juga membuat Micro-influencers memiliki tingkat kredibilitas yang lebih baik, sehingga influencers yang fokus membahas suatu topik dari awal dapat dilihat sebagai approachable expert di bidangnya
Momen yang tepat untuk brand owner bekerjasama dengan mereka adalah:
- Saat ingin bekerjasama dengan kolaborator yang otentik namun sudah memiliki pengalaman kolaboratif dengan brand
- Saat ingin memprioritaskan engagement dibandingkan reach
- Saat brand memiliki budget diluar produk semata
3. Mid Tier-Influencers
Mid Tier-influencers memiliki reach yang lebih tinggi dari nano dan micro-influencers, namun biasanya, engagement rate mulai menurun di tier ini, tergantung dengan network dan kategori yang disasar.
Secara praktis, Mid Tier-influencers adalah Full time influencers, sedangkan nano dan micro-influencers hanya menjadikan social media mereka sebagai side jobs, di tier ini, biasanya influencers juga sudah memiliki manager.
Kapan brand kamu harus bekerjasama dengan mereka:
- Saat ingin mengadakan giveaway, membuat konten takeover / kolaboratif brand, tujuannya adalah untuk mendapatkan banyak followers baru dan meningkatkan engagement
- Saat ingin memprioritaskan reach
- Saat ingin bekerjasama dengan influencers yang lebih fokus dan tidak terhalang pekerjaan lain
4. Macro-Influencers
Di tier ini biasanya influencer sudah dianggap seleb internet, followers yang banyak berarti reach yang lebih banyak juga, tetapi reach yang besar bukan berarti konversi yang besar, macro-influencer bisa menghasilkan ROI yang baik, itu betul. Tetapi bisa juga brand kamu menyentuh target audiens yang tidak tertarik.
Untuk itu, sebelum bekerjasama dengan macro-influencers, ada baiknya kamu memantau tingkat engagement rate dan juga cek followersnya untuk memastikan jumlah followers asli
Momen tepat untuk kerjasama dengan macro-influencers:
- Ketika prioritas brand kamu adalah menjangkau target market luas dan tidak terfokus pada niche atau area geografis yang spesifik
- Kamu punya budget
5. Mega-Influencers
Dengan reach tertinggi dari influencers lainnya, biasanya mereka punya followers dari berbagai belahan dunia, mereka adalah influencers yang juga selebriti terkenal diluar internet.
Kelemahan Mega-influencers adalah tingkat otentisitas mereka di mata audiens. Kolaborasi yang sering dengan banyak brand membuat audiensnya merasa produk yang di pajang hanya rotasi produk. Dan gaya hidup yang biasanya glamour membuat audiens mereka merasa tidak relate dan tidak terkoneksi. Belum lagi karena demandnya tinggi, seringkali sulit untuk mencocokan jadwal mereka.
Kapan brand kamu harus bekerjasama dengan Mega-influencers?
- Saat marketing goal kamu adalah untuk menggiring atau membuat trend
- Kamu punya budget yang besar
- Punya sumberdaya dan tekad untuk berhadapan dengan talent manager, birokrasi, schedjule yang padat, dan terkadang personality yang sulit
Itu dia penjelasan tentang perbedaan Tier KOL dan fungsinya yang bisa kamu terapkan ke brand kamu, untuk menghindari Influencers yang kurang tepat, kamu bisa mendaftarkan brand kamu di iBooming melalui website iBooming (https://www.iboomingglobal.com/business) dan mempromosikan brand kamu tanpa ribet!.
Karena iBooming bekerja menggunakan AI tools yang menganalisis brand dan menemukan influencers yang tepat secara otomatis, sehingga brand dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan sesuai target market, jadi bisa meminimalisir waktu, operasional, dan biaya yang dikeluarkan oleh brand kamu.